Pages

Dunia PTC

Senin, 14 Mei 2012

essay pertamaku Cinta di dalam Putih Abu - Abu

Cinta di dalam Putih Abu - Abu
Angga Wardana
Perasaan memang sulit untuk di bohongi. Apalagi kalau kita udah terjerat dengan yang namanya perasaan cinta. Widihh… bisa ribet tuh. Kalian semua pasti pernahkan merasakannya?? Saya yakin kalian pasti pernah, walaupun tak sedikit juga orang yang menjawab seolah - olah tak pernah merasakan hal itu. Saya termasuk orang yang sampai sekarang merasakannya. Perasaan saya ini di mulai sejak saya duduk di bangku SMA. Kata temen – temen sih itu cinta monyet. Terserahlah mau cinta monyet kek, mau cinta kinkong kek, yang penting cinta.
Saya berada di kelas XII IPS 1. kelas ini emang unik, di bilang kompak enggak tapi dibilang ngak kompak emang iya. Terlepas dari kekurangan kelas saya, bagi saya ada satu orang yang membuat saya merasa berada di kelas yang sempurna. Seorang cewek yang bagi saya orangnya baik, enak di ajak ngobrol, dan gitu deh. Apalagi cewek yang satu ini pengetahuannya terhadap islam untuk tingkatan anak SMA lumayan. Mungkin inilah yang membuat ketertarikan saya padanya dan membuat saya merasakan cinta yang sebenarnya di balik pakaian putih Abu – abu ini.

Seiring berjalannya waktu, timbullah perasaan cinta saya kepada cewek itu. Sebut saja dengan namanya Dia. Saya pun mencoba untuk mengungkapkan perasaan saya kepadanya. Berharap mendapatkan jawaban “Ya” malah mendapatkan jawaban “maaf tidak” darinya. Sejak itu hubungan saya dengan dia menjadi renggang. Enggak selayaknya sebelum saya mengatakan itu. Keadaan itu membuat saya merasa sangat menyesal. Saya mencoba untuk menjauhinya karena saya pikir dia akan bahagia dengan ini. Benar... dia memang bahagia tetapi malah saya yang jadi ngak bahagia. Cinta emang bisa membuat apa aja menjadi terbalik. Dia jadi lebih dekat dengan temanku yang sudah saya cap sebagai teman baik. Hal ini tentu saja membuat kecemburuan di hatiku, tetapi masih bisa saya tutupi dengan senyuman.
Kelas XII saya bertekad untuk merapatkan kembali hubungan yang kemaren yang renggang, tetapi kali ini bukan dalam konsep cinta. Melainkan dalam konsep persahabatan. Saya telah menganggap dia sebagai adik saya sendiri. Hubungan kami pun membaik layaknya saat pertama kenal. Kami jadi sering telponan, curhat, dan banyak deh. Saya baru sadar kalau cinta itu benar – benar tak harus memiliki. Sejak itu hubungan saya dan Dia berjalan baik sampai dengan sekarang. Terlepas dari itu saya bangga karena saya telah mematahkan pendapat orang yang mengatakan “ Persahabatan selalu berujung dengan cinta dan cinta tak pernah berujung dengan persahabatan”. Buktinya saya bisa membuat sebuah cinta menjadi suatu persahabatan. Tidak perlu teori yang rumit apalagi teori yang kompleks layaknya teori Darwin untuk hal ini. Hanya dengan satu kata yaitu cinta, karena cinta itu bisa memutar balikkan segala hal. Layaknya da’jal yang memutar balikkan fakta.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "