BAB 1
LATAR BELAKANG
1.
PENDAHULUAN
Perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran senantiasa diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan
kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan
termotivasi untuk belajar, daya kreativitasnya semakin meningkat, semakin
bertambah jenis pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki, serta semakin
mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Beberapa upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, diantaranya yaitu
dilakukannya peninjauan ulang dan penyempurnaan kurikulum dari waktu ke
waktu. Salah satu hasil perubahan itu adalah diberlakukannya KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan).
Pada tingkat satuan pendidikan, proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk
meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan kompetensi. Pengembangan
kreativitas sejak usia dini perlu diupayakan dalam dunia pendidikan guna
melahirkan generasi-generasi yang mampu menyumbangkan ide-ide kreatif dan
penemuan-penemuan baru. Masa perkembangan siswa sekoah menengah pertama
merupakan masa peralihan antara masa anak ke masa dewasa, dan umumnya mereka
mengalami perkembangan fisik, mental,emosional dan sosial. Pada masa seperti ini
intelegensi siswa sudah semakin berkembang dan ada pendekatan realistis
terhadap alam sekitar.
Seni rupa merupakan mata pelajaran yang
berkaitan dengan kreativitas, terutama dalam hal merancang, menggambar, dan
membentuk. Pendidikan seni memegang peran penting dalam pembelajaran, karena
merancang siswa untuk meningkatkan kreativitasnya dengan membuat sesuatu yang
baru dari diri mereka sendiri. Kreativitas tersebut didapat dari cara
bagaimana ia berpikir, merasa, dan melihat, lalu diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. selain itu, pendidikan seni perlu diajarkan untuk
menjaga dan memelihara kelestarian kekayaan budaya.
Seni rupa merupakan salah satu bidang
studi yang ada di SMPN 1 Hamparan perak. Salah satu materi pembelajarannya yaitu
menggambar ornamen melayu. Secara umum terdapat beberapa kendala pada
pelaksanaan pembelajaran menggambar ornamen melayu, salah satunya yaitu guru
masih menerapkan pembelajaran konvensional yang proses pembelajarannya menempatkan
siswa sebagai pendengar pasif[L11] . Guru selalu mendominasi peserta didik, guru
menjadi pelaku tunggal, sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat kurang. Guru cenderung memberikan atau memindahkan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, aturan-aturan dalam pembelajaran
ditentukan oleh guru, tidak ada kebebasan bagi siswa untuk berekspresi dan
mengembangkan gagasannya dalam menciptakan karya seni. Cara belajar
konvensional seperti ini dapat menghambat daya kreativitas siswa, karena
selalu dituntut untuk mengikuti apa yang ditentukan oleh guru dan diajarkan untuk
membuat sesuatu yang sama tanpa diberi kebebasan berekspresi. selain itu, cara
belajar konvensional ini membuat siswa merasa bosan belajar di kelas. Sikap aktif,
kreatif dan inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subjek
pendidikan. Guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya dan mengembangkan
gagasannya. Dalam hal ini guru dituntut menggunakan model pembelajaran yang
tidak berpusat pada guru atau teacher-centered
agar siswa tidak merasa bosan selama kegiatan belajar berlangsung dan
kreativitas semakin meningkat.
Untuk memecahkan masalah di atas,
tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan model
pembelajaran sinektik. Model pembelajaran ini lebih menekankan siswa pada pentingnya
membangun pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri lewat keterlibatan
aktif selama proses belajar mengajar[L12] . Selain itu, sinektik lebih mengarah kepada
konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan membuat
analogi-analogi untuk membangun konsep berpikir mereka. Melalui pengembangan
analogi-analogi tersebut, diharapkan hasil belajar siswa semakin meningkat.
2.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari pembatasan masalah
di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “apakah
dengan penggunaan model pembelajaran sinektik dapat meningkatkan hasil
belajar dan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam menggambar
ekspresi pengembangan ornamen melayu ?” kajian teoritismodel pembelajaran sinektik
merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh gordon yang pada
dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas. Gordon dalam joyce, dkk
(2009: 252-256) menggagas model sinektik dalam empat gagasan yang intinya menampilkan pandangan tentang kreativitas,
yaitu sebagai berikut:
·
pertama, kreativitas penting dalam aktivitas
sehari-hari. gordon menekankan bahwakreativitas sebagai bagian dari kegiatan
keseharian dari kehidupan kita. Setiap individu selalu menghubungkan proses
kreativitas dengan yang ia lakukan. Karena kreativitas dilihat sebagai bagian
dari pekerjaan keseharian, maka model sinektik ini dirancang untuk mendorong
kapasitas pemecahan masalah, mengekspresiasikan kreatif, empati, dan dorongan
untuk memperkokoh hubungan sosial.
·
kedua, proses kreatif tidak sepenuhnya merupakan
hal yang misterius. kreativitas dapat dideskripsikan, banyak aspek dari
kreativitas yang dapat dijelaskan, dan sangat mungkin bagi seseorang untuk
mengarahkan dirinya sehingga mampu mendorong perkembangan kreativitasnya.
·
ketiga, temuan tentang kreatif berlaku sama pada berbagai
bidang, baik seni, ilmu pengetahuan, dan teknik yang dicirikan dengan kesamaan
proses intelektualnya. Bagi banyak orang, kreativitas identik dengan dunia
seni. sementara dalam dunia sains dan teknik, kreatif sering disebut dengan penemuan
atau inovasi.
·
keempat, penemuan individu pada prinsipnya tidak
berbeda. Individu mempunyai gagasan-gagasan yang melahirkan suatu karya yang
sama dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pembelajaran sinektik didasarkan pada
dua strategi yakni, membuat sesuatu yang
baru (creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu
siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama
dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. sedangkan strategi yang
lain yakni membuat sesuatu yang asing menjadi familiar, dirancang untuk
membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi familiar (joyce,
dkk, 2009: 257). Inti dari pembelajaran sinektik ialah aktivitas metafora
yang meliputi analogi personal, analogi langsung, dan konflik yang dipadatkan
(joyce, dkk, 2009: 254). Kegiatan metaforis menyajikan perbedaan konseptual
anatara diri pembelajar dengan obyek yang dihadapi atau materi yang
dipelajari. Misalnya dengan cara meminta mengandaikan sistem tubuh kita
sebagai jaringan transportasi. Melalui aktivitas metaforis, kreativitas
menjadi proses yang dapat dijalankan secara sadar. Metaforis-metaforis
membangun hubungan perumpamaan, perbandingan satu objek/ gagasan dengan
objek/ gagasan lain dengan cara menukarkan posisi keduanya.
Melalui kegiatan ini, proses kreatif muncul yang dapat menghubungkan
sesuatu yang familiar dengan sesuatu yang tidak familiar atau membuat gagasan
baru dari gagasan-gagasan yang biasa. Analogi personal dilakukan oleh para
pembelajar pada saat mereka menjadi bagian daripada objek yang sedang mereka
bandingkan. Misalnya dengan cara mengandaikan dirinya sebuah mobil. Analogi
langsung merupakan perbandingandua obyek atau konsep. Fungsi dari proses ini
ialah mentransposisikan sesuatu keadaaan nyata dengan keadaan yang lain dalam
rangka memperoleh pandangan baru, ide, atau masalah baru. Konflik padat ialah
cara mengkontraskan dua ide dengan memberi label singkat, biasanya hanya
dengan dua kata dan kata tersebut tampak berlawanan. Sebagai contoh, agresif
yang lese, musuh yang bersahabat, dan bodoh yang pintar (joyce, dkk,
2009:254-256) penerapan model sinektik di dalam proses pembelajaran dilakukan
melalui enam tahap, yaitu:
1.
guru meminta siswa untuk mendeskripsikan situasi
yang ada sekarang,
2.
siswa mengembangkan berbagai analogi, kemudian
memilih satu diantara analogi tersebut lalu mendeskripsikan dan menjelaskannya
secara mendalam.
3.
siswa menjadi bagian dari analogi yang dipilihnya
pada tahap sebelumnya.
4.
siswa mengembangkan pikiran dalam bentuk
deskripsi-deskripsi dari yng dihasilkan pada tahap dua dan tahap
tiga,kemudian menemukan pertentangan-pertentangan.
5.
siswa menyimpulkan analogi-analogi tidak langsung
lainnya.
6.
guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan
masalah semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir.
Ciri-ciri kreativitas pendidikan mempunyai peran penting untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan siswa secara optimal sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. setiap siswa memiliki ciri-ciri
bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan pendidikan bertanggung jawab untuk
memandu (mengidentifikasi dan membina) bakat dan kemampuan tersebut. Ciri-ciri
kreativitas siswa dapat dilihat dari aspek berpikir dan aspek dorongan atau
motivasi (aqib, zainal dkk; 2008: 36). Guilford (1959) dalam munandar, utami
(1999: 10), ciri-ciri utama dari kreativitas yaitu: (1) aptitude (berpikir
kreatif) yaitu meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility) dan orisinalitas dalam
berpikir. (2) non- aptitude traits (afektif) yaitu meliputi kepercayaan diri,
keuletan, apresiasi artistik dan kemandirian. seseorang yang kreatif cenderung
akan mengaktualisasikan dirinya, mewujudkan potensi yang ada, memiliki
dorongan dari dalam diri untuk berkembang, selalu ingin mengekspresikan
gagasannya serta mengaktifkan semua kemampuannya.produk (hasil karya) yang
dihasilkan dari kreativitas keseluruhannya tidak harus baru, unsur-unsurnya
bisa saja sudah ada sebelumnya, tetapi kombinasinya yang baru. Produk
kreativitas digolongkan menjadi tiga kategori (besemer dan treffinger, 1981)
dalam (munandar, utami, 1999: 49) yaitu sebagai berikut:
1.
kebaruan (novelty)
adalah sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah yang baru, teknik baru,
bahan baru dan konsep baru.
2.
pemecahan (resolution)
menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi
bermasalah.
3.
elaborasi dan sintesis merujuk pada derajat atau
sejauh mana produk itu menggabung unsur-unsur yang tidak sama menjadi suatu
kesatuan yang menarik.
|
|
Sumber: Artikel Junal seni Medan
(Susilawati dan
Agus Priyatno)
[L11]Pembelajaran seoerti ini seharusnya tidak dilakukan oleh oara pengajar.
Menempatkan siswa atau siswi sebagai pendengar pasif tidak menjadikan kreatif
siswa/i tersebut terlatih dan semakin meningkat. Seharusnya pengajar memberikan
kebebasan pula kepada para siswa/i sambil memberikan pengarahan tentang
pembelajaran. Jadi siswa/i juga aktif dalam membangun/ melatih kemampuan yang
dimiliki.
[L12]Model pembelajaran ini akan berjalan dengan baik seperti yang
diinginkan apabila pihak siswa/i dengan pihak guru saling berkomunikasi dengan
baik. Tidak ada siswa/i yang keluar jalur dari pemahaman yang diminta.
0 komentar:
Posting Komentar