Pages

Dunia PTC

Senin, 15 Oktober 2012

ARTIKEL MENGENAI PENDIDIKAN


BAB 1
LATAR BELAKANG

1.      PENDAHULUAN

Perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran senantiasa diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan termotivasi untuk belajar, daya kreativitasnya semakin meningkat, semakin bertambah jenis pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki, serta semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, diantaranya yaitu dilakukannya peninjauan ulang dan penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satu hasil perubahan itu adalah diberlakukannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Pada tingkat satuan pendidikan, proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan kompetensi. Pengembangan kreativitas sejak usia dini perlu diupayakan dalam dunia pendidikan guna melahirkan generasi-generasi yang mampu menyumbangkan ide-ide kreatif dan penemuan-penemuan baru. Masa perkembangan siswa sekoah menengah pertama merupakan masa peralihan antara masa anak ke masa dewasa, dan umumnya mereka mengalami perkembangan fisik, mental,emosional dan sosial. Pada masa seperti ini intelegensi siswa sudah semakin berkembang dan ada pendekatan realistis terhadap alam sekitar.

Seni rupa merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kreativitas, terutama dalam hal merancang, menggambar, dan membentuk. Pendidikan seni memegang peran penting dalam pembelajaran, karena merancang siswa untuk meningkatkan kreativitasnya dengan membuat sesuatu yang baru dari diri mereka sendiri. Kreativitas tersebut didapat dari cara bagaimana ia berpikir, merasa, dan melihat, lalu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. selain itu, pendidikan seni perlu diajarkan untuk menjaga dan memelihara kelestarian kekayaan budaya.
Seni rupa merupakan salah satu bidang studi yang ada di SMPN 1 Hamparan perak. Salah satu materi pembelajarannya yaitu menggambar ornamen melayu. Secara umum terdapat beberapa kendala pada pelaksanaan pembelajaran menggambar ornamen melayu, salah satunya yaitu guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pendengar pasif[L11] . Guru selalu mendominasi peserta didik, guru menjadi pelaku tunggal, sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang. Guru cenderung memberikan atau memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, aturan-aturan dalam pembelajaran ditentukan oleh guru, tidak ada kebebasan bagi siswa untuk berekspresi dan mengembangkan gagasannya dalam menciptakan karya seni. Cara belajar konvensional seperti ini dapat menghambat daya kreativitas siswa, karena selalu dituntut untuk mengikuti apa yang ditentukan oleh guru dan diajarkan untuk membuat sesuatu yang sama tanpa diberi kebebasan berekspresi. selain itu, cara belajar konvensional ini membuat siswa merasa bosan belajar di kelas. Sikap aktif, kreatif dan inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya dan mengembangkan gagasannya. Dalam hal ini guru dituntut menggunakan model pembelajaran yang tidak berpusat pada guru atau teacher-centered agar siswa tidak merasa bosan selama kegiatan belajar berlangsung dan kreativitas semakin meningkat.
Untuk memecahkan masalah di atas, tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan model pembelajaran sinektik. Model pembelajaran ini lebih menekankan siswa pada pentingnya membangun pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri lewat keterlibatan aktif selama proses belajar mengajar[L12] . Selain itu, sinektik lebih mengarah kepada konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan membuat analogi-analogi untuk membangun konsep berpikir mereka. Melalui pengembangan analogi-analogi tersebut, diharapkan hasil belajar siswa semakin meningkat.


2.      RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “apakah dengan penggunaan model pembelajaran sinektik dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam menggambar ekspresi pengembangan ornamen melayu ?” kajian teoritismodel pembelajaran sinektik merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas. Gordon dalam joyce, dkk (2009: 252-256) menggagas model sinektik dalam empat gagasan yang intinya menampilkan pandangan tentang kreativitas, yaitu sebagai berikut:
·         pertama, kreativitas penting dalam aktivitas sehari-hari. gordon menekankan bahwakreativitas sebagai bagian dari kegiatan keseharian dari kehidupan kita. Setiap individu selalu menghubungkan proses kreativitas dengan yang ia lakukan. Karena kreativitas dilihat sebagai bagian dari pekerjaan keseharian, maka model sinektik ini dirancang untuk mendorong kapasitas pemecahan masalah, mengekspresiasikan kreatif, empati, dan dorongan untuk memperkokoh hubungan sosial.
·         kedua, proses kreatif tidak sepenuhnya merupakan hal yang misterius. kreativitas dapat dideskripsikan, banyak aspek dari kreativitas yang dapat dijelaskan, dan sangat mungkin bagi seseorang untuk mengarahkan dirinya sehingga mampu mendorong perkembangan kreativitasnya.
·         ketiga, temuan tentang kreatif berlaku sama pada berbagai bidang, baik seni, ilmu pengetahuan, dan teknik yang dicirikan dengan kesamaan proses intelektualnya. Bagi banyak orang, kreativitas identik dengan dunia seni. sementara dalam dunia sains dan teknik, kreatif sering disebut dengan penemuan atau inovasi.
·         keempat, penemuan individu pada prinsipnya tidak berbeda. Individu mempunyai gagasan-gagasan yang melahirkan suatu karya yang sama dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pembelajaran sinektik didasarkan pada dua strategi yakni, membuat sesuatu yang
baru (creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. sedangkan strategi yang lain yakni membuat sesuatu yang asing menjadi familiar, dirancang untuk membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi familiar (joyce, dkk, 2009: 257). Inti dari pembelajaran sinektik ialah aktivitas metafora yang meliputi analogi personal, analogi langsung, dan konflik yang dipadatkan (joyce, dkk, 2009: 254). Kegiatan metaforis menyajikan perbedaan konseptual anatara diri pembelajar dengan obyek yang dihadapi atau materi yang dipelajari. Misalnya dengan cara meminta mengandaikan sistem tubuh kita sebagai jaringan transportasi. Melalui aktivitas metaforis, kreativitas menjadi proses yang dapat dijalankan secara sadar. Metaforis-metaforis membangun hubungan perumpamaan, perbandingan satu objek/ gagasan dengan objek/ gagasan lain dengan cara menukarkan posisi keduanya.

Melalui kegiatan ini, proses kreatif muncul yang dapat menghubungkan sesuatu yang familiar dengan sesuatu yang tidak familiar atau membuat gagasan baru dari gagasan-gagasan yang biasa. Analogi personal dilakukan oleh para pembelajar pada saat mereka menjadi bagian daripada objek yang sedang mereka bandingkan. Misalnya dengan cara mengandaikan dirinya sebuah mobil. Analogi langsung merupakan perbandingandua obyek atau konsep. Fungsi dari proses ini ialah mentransposisikan sesuatu keadaaan nyata dengan keadaan yang lain dalam rangka memperoleh pandangan baru, ide, atau masalah baru. Konflik padat ialah cara mengkontraskan dua ide dengan memberi label singkat, biasanya hanya dengan dua kata dan kata tersebut tampak berlawanan. Sebagai contoh, agresif yang lese, musuh yang bersahabat, dan bodoh yang pintar (joyce, dkk, 2009:254-256) penerapan model sinektik di dalam proses pembelajaran dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1.      guru meminta siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang,
2.      siswa mengembangkan berbagai analogi, kemudian memilih satu diantara analogi tersebut lalu mendeskripsikan dan menjelaskannya secara mendalam.
3.      siswa menjadi bagian dari analogi yang dipilihnya pada tahap sebelumnya.
4.      siswa mengembangkan pikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari yng dihasilkan pada tahap dua dan tahap tiga,kemudian menemukan pertentangan-pertentangan.
5.      siswa menyimpulkan analogi-analogi tidak langsung lainnya.
6.      guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir.
Ciri-ciri kreativitas pendidikan mempunyai peran penting untuk mengembangkan bakat dan kemampuan siswa secara optimal sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. setiap siswa memiliki ciri-ciri bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) bakat dan kemampuan tersebut. Ciri-ciri kreativitas siswa dapat dilihat dari aspek berpikir dan aspek dorongan atau motivasi (aqib, zainal dkk; 2008: 36). Guilford (1959) dalam munandar, utami (1999: 10), ciri-ciri utama dari kreativitas yaitu: (1) aptitude (berpikir kreatif) yaitu meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility) dan orisinalitas dalam berpikir. (2) non- aptitude traits (afektif) yaitu meliputi kepercayaan diri, keuletan, apresiasi artistik dan kemandirian. seseorang yang kreatif cenderung akan mengaktualisasikan dirinya, mewujudkan potensi yang ada, memiliki dorongan dari dalam diri untuk berkembang, selalu ingin mengekspresikan gagasannya serta mengaktifkan semua kemampuannya.produk (hasil karya) yang dihasilkan dari kreativitas keseluruhannya tidak harus baru, unsur-unsurnya bisa saja sudah ada sebelumnya, tetapi kombinasinya yang baru. Produk kreativitas digolongkan menjadi tiga kategori (besemer dan treffinger, 1981) dalam (munandar, utami, 1999: 49) yaitu sebagai berikut:
1.      kebaruan (novelty) adalah sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah yang baru, teknik baru, bahan baru dan konsep baru.
2.      pemecahan (resolution) menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah.
3.      elaborasi dan sintesis merujuk pada derajat atau sejauh mana produk itu menggabung unsur-unsur yang tidak sama menjadi suatu kesatuan yang menarik.







Sumber: Artikel Junal seni Medan
(Susilawati dan Agus Priyatno)

 [L11]Pembelajaran seoerti ini seharusnya tidak dilakukan oleh oara pengajar. Menempatkan siswa atau siswi sebagai pendengar pasif tidak menjadikan kreatif siswa/i tersebut terlatih dan semakin meningkat. Seharusnya pengajar memberikan kebebasan pula kepada para siswa/i sambil memberikan pengarahan tentang pembelajaran. Jadi siswa/i juga aktif dalam membangun/ melatih kemampuan yang dimiliki.
 [L12]Model pembelajaran ini akan berjalan dengan baik seperti yang diinginkan apabila pihak siswa/i dengan pihak guru saling berkomunikasi dengan baik. Tidak ada siswa/i yang keluar jalur dari pemahaman yang diminta.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "