Berita terkait
<a href='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/ck.php?n=a6f00733&cb=' target='_blank'><img src='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/avw.php?zoneid=400&cb=&n=a6f00733' border='0' alt='' /></a>
Dedi Pranata, Ketua Singa Mania--sebutan untuk suporter Sriwijaya FC--menilai nama Jakabaring dan Sriwijaya sudah sangat identik dengan klub kesayangan mereka. Bila pergantian nama dipaksakan, pemain ke-12 ini siap berunjuk rasa secara besar-besaran.
“Jika benar pergantian nama itu kami akan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran. Gelora Sriwijaya Jakabaring sudah identik dengan Sriwijaya FC, klub kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Sangat tidak menarik jika diubah dan hilang nilai sejarahnya,” kata Dedi Pranata, Rabu siang, 21 September 2011.
Wacana pergantian nama kompleks Jakabaring disampaikan Ketua MPR RI Taufiq Kiemas dan Ketua KONI Sumatera Selatan Mudai Madang akhir pekan lalu di Palembang. Menurut Taufiq dan Mudai, pergantian nama terkait dengan peran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam mengubah Jakabaring menjadi sebuah kompleks olahraga terbesar di luar Senayan Jakarta.
Dua pengamat sosial dari Fakultas Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr. Ardiyan Saptawan dan Dr. Alfitri menyatakan tidak sependapat dengan rencana penggantian nama Jakabaring atau Gelora Sriwijaya menjadi Gelora SBY.
Menurut Ardiyan, dalam masyarakat memang ada kebiasaan menamakan suatu tempat atau bangunan dengan nama orang untuk mengingat orang yang sudah meninggal dunia. “Jadi bukan yang masih hidup. Kalau yang masih hidup dijadikan nama suatu bangunan, anggapannya kurang baik. Justru muncul citra arogansi dan kesombongan,” kata Ardiyan.
Pendapat senada juga disampaikan pengamat sosial Alfitri. Menurutnya perubahan nama Gelora Sriwijaya atau Jakabaring Sport City menjadi Gelora SBY lebih bersifat politis, apalagi saat SBY menjabat sebagai Presiden. Ia meminta agar pemerintah daerah tidak merespons keinginan Taufiq Kiemas dan Mudai Madang itu.
“Nama Gelora Sriwijaya Jakabaring merupakan bentuk dari nilai kearifan lokal kita di Sumatera Selatan, bukan yang lainnya. Ini yang seharusnya dijaga jangan sampai diubah semaunya. Tidak ada lagi nilainya jika Gelora Sriwijaya diubah menjadi Gelora SBY,” kata Alfitri.
PARLIZA HENDRAWAN
0 komentar:
Posting Komentar