Alkisah tersebutlah seorang tokoh bernama Beremban Besi (Puyang Beremban Besi). Beremban Besi semasa kecil orang tuanya sudah meninggal, dia hidup sebatang kara hidupnya serba kekurangan dia pun sangat tidak terurus, rambutnya dibiarkan gondrong (panjang). Setelah berumur kira-kira tujuh tahun Beremban Besi diasuh oleh kakeknya yang berada di lihir Sungai Banyuasin untuk membantu kakeknya bercocok tanam.
Pada suatu hari cucu sang kakek (Beremban Besi) terjatuh dari ketinggian namun tidak sedikitpun terluka, karena peristiwa itu kakek Beremban Besi mulai sadar bahwa cucunya mempunyai kesaktian yang luar biasa kebal terhadap senjata tajam apapun, melihat itu maka Beremban Besi diajari ilmu bela diri untuk membela kebenaran.
Setelah Beremban Besi beranjak remaja, Beremban Besi melihat ada kapal besar yang menuju ke hulu Sungai Banyuasin, karena baru pertama kali Beremban Besi melihat kapal besar itu, ia pun bercerita pada kakeknya.
Kakek Beremban Besi kaget dan berkata “itu pertanda malapetaka bagi penduduknya”. Beremban Besi diperintahkan kakeknya ke hulu sungai untuk melihat para perampok merampas harta benda dan menyiksa orang namun tidak ada yang berani melawan.
Mengetahui hal itu Beremban Besi berteriak “Hai perampok hentikan kebiadaban kalian”. Namun, para perampok tidak berhenti bahkan semakin menjadi-jadi. Kepala perampok menjawab “Hai anak kecil pergi kau dari sini kalau tidak kau pun akan kubunuh”.
Akan tetapi Beremban Besi tidak menghiraukan bentakan kepala perampok itu sehingga terjadi perkelahian antara para perampok dengan Berembang Besi dalam perkelahian itu tombak, pedang dan senjata tajam para perampok tidak satu pun yang dapat melukai Berembang Besi. Perkelahian terus berlanjut sampai ke daerah hillir Talang Gelumbang (Muara Tambang), karena perkelahian berhari-hari di kawasan pohon nipah mengakibatkan pohon itu daunnya menjadi kuning, sehingga sekarang dikenal dengan Nipah Kuning.
0 komentar:
Posting Komentar